Bondowoso - Sempol
Kamis, 10 November 2011 sekitar pukul 9.30 siang, saya sudah berada di Terminal Bondowoso. Setelah malam sebelumnya saya terpaksa harus menginap di kota ini. Begitu sampai terminal, saya langsung tanya angkutan menuju Sempol. Kali ini sebuah elf tua, dengan berisikan beberapa ibu-ibu pedagang, dan bapak-bapak yang bekerja di perkebunan. Hampir sama dengan angkutan yang waktu itu membawa saya turun dari Desa Tosari di Pasuruan. Bedanya, angkutan kali ini nampak lebih manusiawi, karena menggunakan elf, meskipun sama-sama sudah usang.
Tapi berhubung kali ini saya dan pacar saya duduk di tengah, jadi terasa bahwa angkutan ini sangatlah penuh. Bayangkan di tengah elf tersebut, terdapat sebuah spiker besar yang terkadang memutar lagu dangdut pantura. Di atas spiker tersebut ada carrier saya. Lalu di sekitar spiker tersebut, bergeletakan mulai dari beras, telor, tahu, sampai sayur-sayuran. Belum lagi beberapa barang yang diikat di atas kendaraan ini. Haha. Benar-benar angkutan publik ini namanya!
![]() |
Berurut-urut dari atas. penampakan elf dari luar dan dalam |
Tujuan saya kali ini adalah Catimore Homestay, yang letaknya di Kebun Blawan, Sempol. Jadi di sekitar pegunungan Kawah Ijen terdapat kebun kopi yang sangat luas yang dikelola oleh pemerintah, dalam hal ini PTPN. Jadi kalau Anda ke Kawah Ijen lewat Bondowoso Anda akan melewati banyak plang pintu penjagaan kebun. Setelah itu Anda akan disuguhi hamparan luas kebun kopi di sana. Konon katanya kopi dari sini adalah kopi kualitas ekspor. Nah, selain memanfaatkan untuk kebun kopi PTPN ini juga banyak memanfaatkan lahan ini sebagai daerah agrowisata. Sehingga banyak penginapan murah yang tersedia di sekitar Kawah Ijen. Selain Catimor Homestay, ada lagi Arabica Homestay yang letaknya di Kebun Kalisat Jampit. Namun karena rekomendasi teman bahwa Catimor Homestay lebih dekat dengan Kawah Ijen, maka saya memutuskan untuk bermalam di Catimor Homestay.
Perjalanan ke Sempol memakan waktu kurang lebih 3 jam. Ongkos yang kita bayarkan naik elf ini adalah Rp. 15.000/orang. Dan apa yang dikatakan oleh tukang ojek di Bondowoso ternyata benar. Jalanan ke Sempol sangatlah hancur. Bukan hanya aspal yang berlubang, tapi sudah tidak ada aspal sama sekali. Jalanan berupa batu-batu dengan kiri kanan adalah hutan dan sesekali jurang. Setelah melewati jalanan berbatu kita akan melewati jalanan perbukitan yang sangat rawan longsor. Banyak sisa-sisa longsor dan pohon roboh di sepanjang jalan. Ah tidak terbayangkan jika malam sebelumnya saya memberanikan diri melewati jalan ini naik ojek.
![]() |
kondisi jalan yang berbatuan, rusak, dan melewati kawasan hutan |
Sampai di Kebun Blawan, ternyata angkutan yang saya naiki tidak berhenti di Catimor Homestay. Mereka hanya menurunkan saya di Plalangan, sebuah desa kecil, yang masih berjarak satu desa lagi dengan Catimor Homestay. Awalnya supir angkot ini menawarkan ojek kepada saya, namun kemudian dia berkata, “Kalau naik ojek terlalu dekat mas, mending jalan ke homestay”. Dengan semangat dan mental gratisan, maka saya pun menurutinya. Dan ternyata itu sebuah kesalahan besar. Saya masih harus berjalan sekitar 2,5 km lagi. Bah! Ini sama saja trek Kawah Ijen.
Catimor Homestay, Kebun Blawan, Sempol
Setelah lelah berjalan, akhirnya saya sampai di sebuah pabrik kopi. Tempat Catimor Homestay berada. Ketika saya sampai di sana, ada angkot yang ternyata mengambil penumpang sampai turun ke pabrik tersebut. Ah, nampaknya saya kurang beruntung karena angkutan saya tidak turun sampai bawah. Saran saya, kalau besok Anda ingin naik angkot juga, minta mereka untuk menurunkan Anda sampai bawah. Nambah ongkos gak apa-apa deh. Karena jaraknya memang cukup jauh, sementara Anda harus menyimpan tenaga untuk trekking Kawah Ijen.
Suasana pabrik kopi tersebut sangat menyenangkan, ada aliran sungai di tengahnya. Dan letaknya yang berada di bawah kaki bukit, membuat suasana asri menyelimutinya. Masuk ke dalam pabrik tersebut, terdapatlah Catimor Homestay. Homestay yang nampak sangat nyaman, dengan fasilitas air hangat, kolam renang, dan kolam air hangat. Dan yang menyenangkan lagi, tarif kamar di sini bisa dikatakan sangat murah. Mulai dari Rp 135.000 sampai yang paling mahal Rp 270.000.
Jadi, homestay ini mempunya bangunan utama berupa rumah tua berdindingkan anyam-anyaman bambu. Namun lengkap dengan nuansa bangunan kuno dan perkebunan. Membuat kita seolah menjadi tuan perkebunan (jadi ingat film Sherina, haha). Nah di belakang bangunan ini dibangun beberapa kamar standard. Awalnya saya sudah membooking kamar standard, namun melihat kamar-kamar di bangunan utama yang menurut saya lucu dan unik. Saya kemudian pindah ke kamar di bangunan utama seharga Rp. 200.000. Lebih mahal sedikit memang, namun kita bisa lebih merasakan atmosfer perkebunan dari sini (membayangkan jadi Sadam dalam film Sherina, haha).
Sesampainya di kamar, saya langsung mandi. Dikarenakan badan saya sudah sangat bau dan lengket akibat perjalanan ekstrim yang baru saja saya lalui. Setelah itu saya menikmati pemandian air panas dari hotel ini. Udah bayar jangan lupa untuk memanfaatkan semuanya yang ada, fasilitas apapun dipakai lah pokoknya :D
Oiya, Anda harus siap-siap kehilangan sinyal di sini. Karena semenjak kita memasuki daerah perkebunan, sinyal akan sedikit susah. Untuk Anda yang menggunakan provider Indosat dan XL bersiaplah hidup tanpa sinyal :D para pegawai di sini menggunakan Telkomsel, dan katanya sih lancar-lancar aja. Tapi saya belum mencobanya, karena provider saya si sinyal kuat, ternyata lemah di sini :D
Kawah Ijen
Jumat, 11 November 2011, pukul 4.30, saya sudah bersiap-siap. Begitu juga dengan 2 rombongan wisatawan mancanegara yang semalam juga memenuhi penginapan ini. Kali ini saya akan menuju Paltuding (semacam titik awal memulai trekking Kawah Ijen). Saya sudah membuat janji melalui room service homestay, untuk memesankan 2 ojek. Masing-masing dengan harga Rp 80.000/orang. Sekali lagi, kalau Anda beramai-ramai Anda dapat menyewa paket wisata Ijen dengan menggunakan jeep seharga Rp 250.000 untuk 5 orang. Tapi berhubung saya hanya berdua, maka naik ojek adalah pilihan paling logis.
Perjalanan mencapai Paltuding memakan waktu sekitar 1 jam dari Kebun Blawan. Sepanjang perjalanan kita akan melewati bukit-bukit dengan pemandangan yang menakjubkan. Sampai di Paltuding kita diharuskan membayar kontribusi masuk kawasan wisata sebesar Rp. 4.000/orang. Sangat murah bukan? Terkadang saya berpikir bahwa tempat wisata di Indonesia harus mulai dinaikkan tarifnya. Tentu saja untuk biaya perawatan.
Dari Pos Paltuding kita mulai berjalan kaki sejauh 3 km. Dengan trek menanjak. Namun kondisi trek sudah lumayan bagus dan lebar. Maksud saya dibanding trek naik gunung. Dalam perjalanan ini, saya sesekali berpapasan dengan para penambang belerang. Tepat di hari Pahlawan 11 November saya bertemu ksatria-ksatria yang dengan gagahnya mengangkut belerang, dengan rata-rata berat sampai 70 kg. Saya yang hanya berjalan membawa tas biasa saja sudah kelelahan, apalagi para bapak-bapak perkasa ini. Iya, saya menjuluki mereka “Hercules dari Jawa Timur”.
Di perjalanan menuju puncak Kawah Ijen sesekali saya berpapasan dengan beberapa monyet yang memang mempunyai populasi lumayan banyak di sana. Tapi tenang, monyet-monyet di sini sangat pemalu. Tidak seperti monyet di tempat lain yang terkenal karena ulah isengnya.
![]() |
Pemandangan selama perjalanan menuju Puncak Kawah Ijen. beautiful, right? |
Sekitar satu jam melakukan pendakian, akhirnya saya sampai di Puncak Kawah Ijen. Setelah kemarin terkagum-kagum dengan puncak kawah Bromo, kali ini saya 5x lipat lebih kagum lagi. Sebuah pemandangan yang sangat luar biasa terhampar di depan saya. Kalau Anda tidak percaya, silakan lihat sendiri foto-fotonya. Sebuah dana kawa yang sangat luas ada di puncak bukit tersebut. Benar-benar danau berwarna biru muda dari kejauhan. Di sisi lain terdapat tambang belerang yang terus mengeluarkan asapnya. Ah! Pemandangan ini benar-benar luar biasa. Terbayar sudah kelelahan mendaki selama 1 jam. Jauh lebih melelahkan dari trekking Bromo, namun pemandangannya juga jauh lebih bagus dari Kawah Bromo.
Puas dengan pemandangan di atas Kawah Ijen dari atas, saya kemudian memutuskan untuk turun ke bawah. Iya, saya sangat penasaran ingin menikmati Danau Kawah Ijen tersebut. Pacar saya, yang memutuskan menunggu di atas. Baiklah, ini membuat saya bisa bergerak lebih cepat. Karena, tentu saja saya tidak ingin berlama-lama di sana. Asap belerang sangat pekat. Saya pernah mengalaminya ketika mendaki Merapi tahun 2008 lalu. Asap belerang mengenai saya dan rekan-rekan saat hampir mencapai puncak. Hasilnya dua teman saya mengalami alergi di bibirnya, yang kemudian membengkak. Saya yang memakai penutup wajah, cukup aman. Pelajaran ini membuat saya sudah well prepared dengan penutup wajah yang dibasahi dengan air. Jangan lupa untuk membawa masker, penutup wajah, slayer, atau minimal gunakan kaos anda dengan dibasahi air untuk menutupi hidung dan mulut. Dan bernafaslah dari sana.
Sekitar 20 menit saya turun dengan cepat ke danau kawah. Saya berpapasan dengan wisatawan mancanegara yang sudah kembali ke atas. Mereka terbatuk-batuk seakan tidak tahan dengan asap belerang yang pekat. Sampai di bawah, saya melihat para hercules ini sedang menambang tepat di sumber asap belerang tersebut berasal. Saya masih terheran-heran dengan mereka. Bagaimana orang-orang ini bisa bertahan di sini. Sungguh tidak mengenakkan asap belerang tersebut, benar-benar menusuk di paru-paru, dan membuat kita terbatuk-batuk.
Sampai di bawah saya langsung menuju danau kawah tersebut. Pemandangan yang sangat luar biasa kembali tersaji di sini. Sebuah danau kawah yang sangat luas. Berwarna biru tua dan sedikit hijau (berbeda dengan pemandangan dari atas di mana airnya berwarna biru muda). Kata seorang penambang dahulu, danau kawah tersebut tidak sebesar sekarang. Namun entah mengapa, makin lama makin besar.
![]() |
Tambang belerang, yang selalu dipenuhi asap belerang yang terkadang sangat pekat |
![]() |
salah seorang penambang yang bekerja di bawah, setiap hari bertarung dengan asap belerang yang pekat. tampak wajah dan matanya berwarna merah sekali, efek dari asap belerang tersebut |
![]() |
pemandangan di danau Kawah Ijen |
Setelah puas dengan pemandangan Kawah Ijen, saya pun bergegas turun. Dan kembali ke Pos Paltidung. Di sana, tukang ojek saya, Pak Beben sudah menunggu. Karena kelelahan saya pun, segera kembali ke penginapan. Sesampainya di penginapan, saya langsung berenang. Air yang sangat dingin membuat saya yang tadinya panas dan kelelahan, menjadi sedikit segar. Selesai berenang, saya kemudian mandi. Dan segera berkemas untuk perjalanan selanjutnya, menuju Malang!
--------------------------------------------------------------------
Kontak Catimor Homestay (Mbak Ningrum) : +6281357999800
Kontak Rumah Warga dan Ojek (Pak Beben) : +6285336468884
Mas, info dong. Pak Beben ini buka jasa penginepan juga ya di rumahnya? Tapi beneran recomended kan orangnya, soalnya saya rencana solo trip kesana, mesti hati hati juga kalo nyari guide lokal hehe :D mohon jawabannya ya mas :)
BalasHapushalo, maaf baru membalas.. kalau utk solo trip sy lebih rekomendasikan ke catimor homestay sih yg pasti :)
Hapus