Selasa, 15 November 2011

#eastjavatrip I - Bromo

Sekitar seminggu yang lalu, saya dan pacar saya melakukan semacam “piknik” bersama. Di twitter saya menyebutnya dengan #eastjavatrip. Perjalanan ini meliputi 3 tempat wisata berbeda di Jawa Timur, yaitu Gunung Bromo, Kawah Ijen, dan Taman Safari II Pringgen. Tujuan pertama saya adalah, Gunung Bromo. Sikat John!

Jogja – Malang – Tosari (Pasuruan)
Dimulai dengan tanggal 7 November 2011, pukul 23.00 kami sudah mencapai Stasiun Tugu Yogyakarta. Tujuan kami adalah kota Malang dengan menggunakan kereta api bisnis Malabar yang berangkat tepat pukul 24.00. Karena kami berdua mempunyai kenangan buruk akan ketinggalan transportasi (pacar saya ketinggalan pesawat, dan saya ketinggalan kereta) jadi maklum kalau kami datang dengan sangat awal. Sembari menunggu kami berdua memutuskan untuk mencoba kursi pijat refleksi di stasiun. Lumayan membuat badan rileks agar bisa tidur nyenyak di kereta. Cukup dengan 10ribu saya dipijat oleh mesin otomatis berbentuk kursi yang mempunyai panel-panel bergerak seakan memijat-mijat kita. Saya menikmatinya, sedangkan di sebelah saya, pacar saya malah tertawa-tawa karena tidak tahan dengan geli katanya.

Kereta api pun datang, gerbong besi ini yang kemudian membawa saya selama kurang lebih 8 jam untuk turun di stasiun Kotabaru Malang. Tidak banyak yang saya ingat selama perjalanan. Tetapi juga merupakan hal baru, karena ini pertama kalinya saya naik kereta menuju Malang. Sesampainya di Malang, tujuan utama saya adalah Desa Tosari, yang berada di dekat Gunung Bromo. Cara mencapainya ke sana? Ini dia jalur transport menuju ke sana:

1. Naik angkot ADL/AL jurusan Arjosari (2ribu/orang)
2. Dari Arjosari naik bison (semacam angkot tapi berupa elf) turun Purwodadi (ongkos lupa)
3. Dari Purwodadi naik mikrolet menuju Nongkojajar (ongkos lupa)
4. Nah, di Nongkojajar hanya bisa naik ojek untuk menuju Tosari, ongkosnya adalah 30ribu/orang. Karena memang sangat lama di perjalanan. Sekitar 1 jam kita baru sampai Tosari. Jalanan cukup terjal karena melewati kawasan hutan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Sebenarnya ada dua jalur untuk mendaki Gunung Bromo. Pertama melalui Probolinggo lalu yang kedua melalui Pasuruan (via Desa Tosari). Di Desa Tosari ini banyak penginapan-penginapan dengan harga bervariatif, dari yang murah sampai yang mahal. Mulai dari rumah warga dengan tarif 75ribuan sampai Bromo Cottage yang berharga 1jutaan. Jika Anda belum mendapat tempat menginap bertanyalah dengan warga sekitar karena pasti mereka akan memberi tahu. Atau bahkan menawari untuk menginap di rumahnya. Dan jangan lupa, pandai-pandailah menawar. Desa ini sepertinya memang berkembang menjadi desa wisata. Selain banyak penginapan, banyak jeep-jeep terparkir di rumah para warga. Tentu saja ini untuk angkutan menuju Gunung Bromo.

Karena saya sudah mempunyai tempat tujuan menginap, maka saya langsung menuju kesana. Adalah penginapan bernama Wulan Ayu, yang merupakan milik teman saya (mental gratisan). Letaknya tepat di depan Bromo Cottage. Jika anda ingin ke sana, cukup katakan Penginapan Wulan Ayu, tempat kediaman Bapak Yuli Sungkowo. Rumahnya bersebelahan dengan penginapan. Karena malam itu penginapannya penuh, maka saya dan pacar saya menginap di rumah mereka. Hari itu di rumah teman saya tersebut sedang ramai. Karena sedang ada panen gandum raya. Dan ini merupakan panen gandum yang pertama kali. Masyarakat di sini biasanya menanam kentang. Namun program dari pemerintah pusat menyarankan warga Tosari untuk menanam gandum yang nilai jualnya lebih tinggi. Sehingga panen kali ini banyak mengundang para pejabat pemerintah.

Desa Tosari
Sampai di Tosari sekitar pukul 15.00. Saya kemudian memutuskan untuk beristirahat, karena saya istirahat saya di kereta tidak begitu nyenyak. Bangun-bangun pukul 18.00 saya sudah diselimuti kedinginan. Melihat keluar jendela, sudah berkabut. Bagi Anda yang ingin ke sana, saya peringatkan sekali lagi. Di sana sangatlah dingin, bawa baju hangat yang banyak, sarung tangan, dan jangan lupa penutup kepala. Kecuali jika anda terbiasa hidup di suhu di bawah 10 derajat celcius. Kemudian saya meminjam motor untuk mencari makan di pasar Tosari. Bisa dikatakan pasar kecil ini adalah pusat di Desa Tosari. Jadi jika Anda membutuhkan apapun itu datanglah kemari, mulai dari ojek, warung makan, Bank BRI, angkutan ke Bromo, dan lain sebagainya. Selesai makan saya kemudian bergegas kembali ke rumah teman saya, beristirahat untuk kemudian bersiap pendakian esok paginya.

Puncak Pananjakan
Rabu, 9 November 2011, pukul 3.00 saya sudah bangun untuk bersiap-siap. Pukul 3.30 saya dan pacar saya sudah dijemput oleh jeep. Kekhawatiran saya pun benar, sedikit gerimis pagi itu. Adalah Pak Bagong yang membantu mengendarai jeep untuk kami berdua. Ongkos menyewa jeep adalah Rp. 350.000 untuk jalur Puncak Pendakian dan Kawah Bromo. Maksimal orang dalam satu jeep adalah 5 orang. Jadi saya sarankan Anda berombongan ketika ke sana, jadi bisa benar-benar memaksimalkan kapasitas jeep. Namun, karena kali ini saya dibayari oleh Ibu teman saya, jadi saya benar-benar beruntung mendapatkan angkutan jeep gratis. Hahahaha (tertawa setan)

Perjalanan dari Desa Tosari menuju Puncak Pananjakan sekitar 1 jam. Jalanan ke sana memang sangat terjal dan rusak. Sehingga tidak dianjurkan membawa kendaraan sendiri, kecuali anda membawa kendaraan jeep atau sejenisnya. Alternatif lain selain jeep, adalah dengan mengendarai ojek dengan tarif Rp 100.000/orang. Atau kalau Anda mau nekat ya bawa motor sendiri. Tapi Anda harus benar-benar siap dengan jalan yang rusak parah. Saya tidak mengada-ada, jalan ini benar-benar rusak parah. Ada beberapa ruas jalan yang memang habis putus, lalu jalur alternatifnya masih berupa batu-batu. Untuk masuk ke lokasi wisata, kita masih harus membayar tarif Rp 5.000/orang.

Sampai di lokasi Puncak Pananjakan, saya langsung turun dan menuju warung terdekat. Maklum sangat dingin di situ. Mungkin sekitar 4 derajat celcius. Saya kemudian memesan teh hangat. Dengan cuaca yang sedikit gerimis dan apalagi berkabut, saya pesimis bisa melihat sunrise hari itu. Tapi tak apa, bahkan musim panas pun kata orang di warung itu, kabut bisa saja tebal. Dan tidak selalu ketika hujan akan ada kabut tebal. Jadi gabungan antara keberuntungan dan ramalan cuaca adalah kombinasi yang tepat untuk menikmati sunrise Gunung Bromo yang terkenal itu. Hari itu tidak banyak rombongan yang datang. Kebanyakan wisatawan bearasal dari luar negeri. Beberapa dari Swiss dan Prancis. Saya kemudian menyewa semacam jaket besar dan tebal yang anti air hujan. Karena cuaca masih gerimis saat itu. Saya tidak ingin basah dan kemudian membeku kedinginan. Ongkos menyewa jaket ini adalah 10ribu saja. Selain lebih hangat, jaket ini adalah properti yang bagus untuk sesi foto-foto :D

Benar saja, sampai pukul 5.30 saya di lokasi puncak pananjakan, tidak kunjung nampak apapun karena kabut sangat tebal. Para wisatawan asing yang ada bersama saya juga nampak sedikit kecewa. Ya iyalah mereka jauh-jauh dari Eropa namun kurang beruntung. Lain kali pilih tanggal yang bener ya mister. Sesegera setelah itu saya kembali ke Pak Bagong dan jeep-nya. Saya kemudian memilih untuk langsung ke kawah Gunung Bromo. Pak Bagong adalah sosok yang ramah, dia banyak bercerita tentang budaya Suku Tengger dan kehidupan masyarakat di sekitar Gunung Bromo. Cerita ini nanti saya rangkum dan jadi satukan di tulisan lain yes!
udah berasa orang eskimo dengan jaket tebal sewaan :D

Bantengan dan Pasir Berbisik
Turun dari Puncak Pendakian, saya meminta kepada Pak Bagong untuk diantarkan ke dua tempat yang ada di kaki Gunung Bromo, yang juga adalah spot bagus untuk foto-foto :D bagaimanapun juga wisata Bromo adalah wisata foto-foto, Pak Bagong tahu sekali dengan hal itu. Sehingga dia biasa mencarikan spot yang bagus untuk saya dan pacar saya berfoto. Untuk menambah di dua lokasi ini, warga sekitar biasa memasang tarif sekitar Rp. 150.000 jadi total angkutan jeep untuk Puncak Pendakian – Kawah Bromo plus Bantengan dan Pasir Berbisik adalah Rp. 500.000 (Rp. 350.000 jalur normal + Rp 150.000 jalur tambahan). Pasir Berbisik adalah sebuah padang pasir yang teramat sangat luas. Luasnya bertambah lebar akibat letusan Gunung Bromo setahun yang lalu. Tempat ini yang juga merupakan lokasi shooting Dian Sastro dalam film Pasir Berbisik, makanya dinamai Pasir Berbisik -__-

kalau kata orang sih Pasir Berbisik. ya pokoknya hamparan pasir deh

Di sebelah Pasir Berbisik kemudian ada padang savana yang sangat luas, dinamakan Bantengan. Karena dulu, kata Pak Bagong, tempat ini dipakai oleh orang Belanda untuk memelihara sapi-sapi Belanda yang besar-besar dan oleh warga sekitar dijuluki Banteng -__- alhasil dinamakan Bantengan. Bentuknya adalah savana luas yang berbukit-bukit. Celakanya lagi orang-orang kemudian menamakannya Bukit Teletubies -___- “ karena bentuknya yang mirip dengan perbukitan tempat tinggal empat makhluk berwarna-warni bernama Teletubies. Kalau gak tahu Teletubies silakan googling aja deh. Tempat ini menjadi menarik karena ada dua vegetasi di sini. Gunung Bromo dengan hamparan pasir luasnya, namun di sisi lain ada yang berwarna sangat hijau. Bisa dikatakan sangat kontras dan menakjubkan. Namun jujur, saya lebih takjub dengan bagaimana orang menamai tempat-tempat ini -__- Puas berfoto di sini saya kemudian langsung menuju ke Kawah Gunung Bromo.
hamparan savana, dan di sebelah kanan ada bukit Bantengan (plis, stop bilang ini bukit teletubies -__-)

Kawah Gunung Bromo
Sekitar pukul 7.00 kami sampai di Kaki Gunung Bromo. Semua kendaraan jeep terparkir di sini. Diberi semacam pembatas agar jeep jeep ini tidak naik. Sudah bersiap kemudian para penunggang kuda gunung Bromo yang menawarkan jasa menunggang kuda sampai atas. Ongkos naik kuda sekitar Rp. 75.000/orang PP (hari normal). Namun kata Pak Bagong ketika sepi mungkin Rp. 50.000 mereka juga akan mau. Namun saya dan pacar saya memutuskan untuk berjalan kaki. Rp 100.000 sangatlah tidak sebanding dengan jalur yang menurut kami cukup dekat. Toh, kami pernah naik kuda di De Ranch, Lembang, Bandung. Jadi kami tidak terlalu tertarik.

Di kaki Gunung Bromo persis, terdapat Pura Luhur Poten, tempat peribatan umat Hindu, yang mungkin bisa dikatakan sebagai pura tertinggi di Indonesia atau mungkin dunia. Dulu ketika Gunung Bromo meletus, pernah sekali saya melihat di televisi, bagaimana Suku Tengger di sini, tetap memberikan sesajian di Pura Luhur Poten. Padahal jaraknya yang sangat dekat dengan Kawah Gunung Bromo.

Pura Luhur Poten, berdiri gagah di bawah kaki Gunung Bromo

Sekitar 45 menit mendaki jalanan pasir, kemudian akan ada tangga menuju puncak kawah Bromo. Sekitar 200 anak tangga deh yang jelas. Sampai di atas puncak, kita akan bisa melihat kawah Bromo yang sangat besar ternyata. Wow! Itu kata pertama ketika saya mencapai puncak. Saya belum pernah melihat kawah gunung yang benar-benar bolong seperti yang kita duga ketika kanak-kanak, haha. Baru ketika SMA dan mulai mendaki gunung, saya dapati bahwa gunung-gunung lain tidak bolong, bahkan gunung berapi sekalipun seperti Merapi tidak bolong seperti ini. Ya, meskipun ternyata di dalam bolongan tersebut tidak tampak api dan lahar yang menjilat-jilat keluar seperti bayangan masa kecil saya (efek dongeng Gatotkaca, haha). Melihat ke belakang kita bisa melihat bahwa pura yang tadi tampak sangat megah dan gagah di kaki gunung Bromo hanya terlihat sangat kecil. Apalagi jeep-jeep yang diparkir tampak sangat kecil dan berwarna warni. Angin kencang cukup membuat saya gemetar sesaat, bagaimana tidak, di bawah saya ada kawah yang besarnya mungkin 20 meter. Jika saya jatuh, mungkin akan #nganu.

Saya dengan latar belakang kawah Bromo

Tapi sungguh puas begitu mencapai Puncak Kawah Bromo! Gak usah diceritain lagi lah. Gimana pun juga namanya berada di puncak sebuah gunung pastilah puas sekali. Apalagi dengan suguhan pemandangan alam yang luar biasa. Saya tahu dari seorang guide yang sedang menerangkan kepada rombongan bule. Bahwa sebelum letusan kemarin, kawah Bromo tidak sebesar ini. Dulunya sangatlah kecil. Namun pasca letusan, kawah ini benar-benar menyisakan lubang yang sangat besar. Ini salah satu tips berwisata, dekat-dekatlah dengan rombongan yang memakai jasa tour guide niscaya kita akan dapat panduan dan wawasan secara gratis, dengan hanya bermodalkan “nguping” :D

tidak ketinggalan berpose bersama pacar :D

Setelah puas foto-foto saya pun akan segera kembali ke bawah. Namun baru akan turun, saya kemudian mendengar suara dari dalam kawah! Can you imagine that?! Ada suara gemuruh dari dalam kawah itu.! Tidak hanya saya, namun dua orang wisatawan mancanegara dan seorang pemandunya juga mendengarnya. Suara gemuruh dan seperti ada sesuatu yang bergerak di sana. Luar biasa! Lengkap sudah apa yang saya dapatkan hari itu. Setelah itu saya segera bergegas kembali turun.

Kawah Gunung Bromo yang mengeluarkan asap, dan jika Anda beruntung dapat mendegar suara gemuruh dari dalam perut bumi.

Sekitar pukul 10.00 saya sudah mencapai Desa Tosari kembali. Saya kemudian segera mandi, dan bersiap karena saya harus segera ke Bondowoso untuk mencapai Kawah Ijen. Selesai mandi dan sedikit melakukan packing, saya dipanggil oleh ibu teman saya untuk makan siang. Nasi hangat, sayur sop, perkedel, tempe goreng, dan sambal tomat. Sungguh nikmat siang itu. Di luar kabut sudah kembali meliputi Desa Tosari. Bayangkan siang-siang suhu di sini pun bisa mencapai 15 derajat celcius. Transportasi umum satu-satunya untuk turun dari Tosari adalah menggunakan angkutan yang mereka sebut taksi. Eits! Jangan berpikir tentang taksi blue bird. Karena taksi yang mereka sebutkan adalah sebuah mobil colt tua, yang sudah sangat butut, yang mengangkut para pedagang di pasar Tosari turun ke daerah Pasuruan. Saking berdesakannya ada 16 orang di dalam angkutan itu. Ya! Enam belas orang berdesak-desakkan! Haha. Sekitar jam 13.00 saya dan mobil colt tua itu bergegas turun dari Desa Tosari. Sungguh desa yang menyenangkan, terimakasih Ibu Pras (ibu teman saya) dan Pak Bagong. Saya pasti kembali ke situ, untuk berburu sunrise Bromo :)

------------------------------------------------------------------------------
*Kontak Pak Bagong (Jeep) : +6285234863840 begin_of_the_skype_highlighting            +6285234863840      end_of_the_skype_highlighting begin_of_the_skype_highlighting                end_of_the_skype_highlighting
*Kontak Penginapan Wulan Ayu: end_of_the_skype_highlighting          (0343)571011 begin_of_the_skype_highlighting            (0343)571011      end_of_the_skype_highlighting      

1 komentar: