Selasa, 03 April 2012

Labuan Bajo, Pintu Masuk Menuju Pulau Komodo


Bandar Udara Komodo Labuan Bajo


Mungkin Anda tidak akan pernah mengenal sebuah daerah bernama Labuan Bajo, sampai ketika Anda memutuskan untuk pergi ke Pulau Komodo. Labuan Bajo adalah sebuah pelabuhan di ujung barat Pulau Flores di Nusa Tenggara Timur. Pelabuhan ini menjadi pintu masuk pariwisata ke kawasan Taman Nasional Komodo. Akses menuju tempat ini bisa dikatakan tidak terlalu susah. Ada beberapa maskapai yang terbang dan mendarat di Bandara Komodo Labuan Bajo. Beberapa di antaranya Merpati, Trans Nusa, dan Aviation Sky. Jaraknya hanya sekitar 1,5 jam penerbangan dari Denpasar. Atau Anda juga bisa mendarat di pelabuhan Labuan Bajo menggunakan kapal feri yang berangkat dari Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat.

Kampanye pemenangan Pulau Komodo sebagai bagian dari salah satu keajaiban dunia lah yang membuat saya memutuskan harus menuju ke tempat ini. Meskipun sangat ramai dengan aktifitas pariwisata, terutama di bulan Mei – Agustus namun daerah ini masih berupa sebuah daerah yang sederhana. Selama perjalanan dari bandara, saya bisa melihat banyak rumah-rumah penduduk yang berasal dari kayu, beberapa bagiannya masih berupa hutan. Daerah paling ramai tentu saja di sekitar pelabuhan, beberapa penginapan sederhana berjejer dan berdesakan dengan rumah warga di sana. Saat saya ke sana satu bulan yang lalu bahkan trotoar baru saja dibangun di daerah ini, padahal daerah ini adalah pusat pariwisata di Labuan Bajo. Begitu juga dengan sebuah bangunan kantor pos yang nampak masih baru. Perbincangan saya dengan salah seorang warga menuturkan bahwa jalan aspal di pinggir pelabuhan ini baru saja dibangun sekitar 8 tahun yang lalu. Pasca pemekaran daerah sekitar 8 tahun yang lalu, Labuan Bajo menjadi ibukota dari Kabupaten Manggarai Barat, terlepas dari Ruteng yang saat itu menjadi ibukota Kabupaten Manggarai. Nampaknya pemekaran kabupaten tersebut yang kemudian membuat pemerintah lokal mampu memaksimalkan pembangunan di Labuan Bajo.

Sebagian warganya masih hidup sebagai nelayan. Beberapa hasil tangkapannya seperti gurita menjadi komoditas ekspor yang sebelumnya diangkut ke Bali atau Surabaya. Namun kehidupan di Labuan Bajo nampaknya sedang mengalami pergeseran, beberapa warganya memutuskan untuk terjun ke bidang pariwisata. Beberapa hotel dan penginapan berdiri  di sana, dari yang kelas melati sampai kelas hotel berbintang. Beberapa kios pun berdiri menjajakan jasa wisata atau sekedar menjual souvenir. Sebuah daerah yang sedang bergeliat menyesuaikan diri dengan para wisatawan yang terus menerus berdatangan ke daerah mereka. Daerah yang menjadi salah satu daerah potensial wisata dalam beberapa waktu ke depan. Harga tanah dan komoditi mulai meningkat. Semoga bisa berdampak positif bagi warga di sana.

suasana pelabuhan Labuan Bajo

Satu hal yang akan terus saya ingat tentang Labuan Bajo adalah para calo. Sedikitnya informasi di internet mengenai perjalanan ke Pulau Komodo membuat saya benar-benar buta ketika baru saja mendarat ke Bandar Udara Komodo Labuan Bajo. Dan yang menyambut saya pertama kali ketika sampai di bandara adalah para calo yang sudah berjibun menunggu di depan pintu kedatangan. Saran saya, rencanakan di mana Anda akan menginap di Labuan Bajo. Banyak sekali pilihan penginapan di sana. Ada beberapa penginapan yang juga menempel informasi tentang mereka di ruang kedatangan bandara. Jika sudah mempunyai tujuan, tanyakan pihak penginapan dengan apa Anda akan kesana, dan berapa ongkosnya, atau kalau perlu minta dijemput. Hal ini untuk menghindarkan Anda “ditembak” di tempat tujuan dengan harga transportasi yang mahal.

Saya memutuskan untuk menginap di Hotel Komodo Indah. Sebuah tempat penginapan sederhana, bukan hotel menurut saya, tapi itulah namanya. Berada di dekat pelabuhan, yang menjadi pusat di kota tersebut memudahkan Anda untuk berjalan-jalan mencari makan atau mencari informasi pariwisata di sekitar pelabuhan. Tarif di penginapan ini dimulai dari 80rb/malam nya. Tanyakan pada tukang ojek, mereka pasti tahu penginapan ini, Hotel Komodo Indah, milik Pak Haji.

Bahkan ketika di hotel pun, pasti akan ada orang yang tiba-tiba mendatangi Anda menanyakan apakah Anda sudah membooking livingboard untuk menuju Pulau Komodo/Pulau Rinca. Harga dari tiap paket yang mereka tawarkan pun sangat bervariasi. Untung Mas Teddy, orang yang mengelola penginapan ini, memberi banyak informasi kepada saya. Dia menyarankan saya untuk berjalan di sekitar pelabuhan dan bertanya kepada tiap-tiap  biro perjalanan, dan cari harga yang paling murah. Sore hari pun saya kemudian memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar dermaga pelabuhan sekalian mencari informasi mengenai harga untuk tiap paket perjalanan menuju Pulau Komodo. Harga awal yang saya dapat adalah harga Rp 1,6jt utk dua orang. Dengan paket perjalanan 2 hari 1 malam, Pulau Rinca – Pink Beach – Pulau Kalong – Pulau Komodo – Manta Point – Pulau Kanawa. Namun saya belum menyerah untuk mencari ke agen-agen lain. Sampai akhirnya saya mendapatkan sebuah agen perjalanan yang sudah mempunyai 3 tamu wisatawan asing, dan tentu saja saya kemudian mendapatkan harga yang lebih murah. Saya mendapatkan harga 500rb/orang dengan paket yang sama 2 hari 1 malam.

Setelah puas mendapatkan livingboard dengan harga yang cukup murah untuk keesokan harinya, saya kemudian memutuskan untuk mencari makan malam. Sebuah keputusan yang susah, karena tidak banyak rumah makan di sana. Beberapa restoran dan kafe nampaknya cocok untuk budget wisatawan asing, dan akan sedikit mahal untuk wisatawan lokal seperti saya. Sampai akhirnya saya menemukan sebuah warung makan seafood bernama Cahya Jakarta, harganya relatif murah dibanding restoran lain di sekitar pelabuhan, namun rasanya sangat enak (menurut saya). Cumi goreng mentega dan Sapi goreng lada hitam-nya dicampur dengan sambal khas daerah sana yang sangat reccomended! Banyak cafe dan bar di sekitar sana yang menyediakan bir, cukup identik dengan kafe-kafe di daerah Sosrowijayan di Jogja, lumayan untuk menghabiskan malam di pinggir pelabuhan. Setelah itu saatnya untuk kembali pulang ke penginapan, beristirahat guna perjalanan liveabroad selama 2 hari 1 malam, perjalanan sesungguhnya untuk bertemu komodo!

salah satu kapal yang merapat di kala malam hari di Labuan Bajo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar